Menteri Pertahanan Inggris mengatakan pasukan Amerika dan Inggris menggunakan amunisi Depleted Uranium (DU) selama invasi pimpinan Amerika terhadap Irak pada tahun 2003.
"Pasukan Inggris menggunakan sekitar 1,9 ton metrik amunisi depleted uranium dalam perang Irak pada tahun 2003," kata Sekretaris Pertahanan Inggris Liam Fox dalam jawaban tertulis kepada House of Commons pada hari Kamis kemarin (22/7), Kuwait News Agency melaporkan.
Pengumuman itu disampaikan setelah studi bersama oleh departemen lingkungan, kata kementerian kesehatan dan sains Irak, ada komunitas dekat kota Najaf, Basra dan Fallujah dengan peningkatan laju kanker dan cacat lahir selama lima tahun terakhir.
Lebih dari 40 situs di seluruh Irak terkontaminasi dengan tingkat tinggi radiasi dan dioxin.
Fox mengatakan Departemen Pertahanan memberikan koordinat sasaran menyerang menggunakan amunisi DU untuk Program Lingkungan Hidup PBB.
"Mereka juga bertukar informasi dengan organisasi-organisasi kemanusiaan dan lainnya; dan memperingatkan Irak melalui brosur dan leaflet bahwa mereka tidak boleh pergi mendekat atau menyentuh apapun sampah yang mereka temukan di bekas lokasi medan perang," tegasnya.
Penggunaan amunisi depleted uranium secara luas adalah kontroversial karena potensi efek kesehatan jangka panjang.
Dilaporkan bahwa AS dan Inggris menggunakan sampai dengan 2.000 ton amunisi ini selama perang Irak.
Organisasi Kesehatan Dunia sekarang menyelidiki adanya peningkatan jumlah bayi yang cacat lahir, dan menurut dokter Irak hal itu penggunaan senjata kimia dan amunisidepleted uranium selama perang.
Dokter Irak mengatakan mereka 'telah berjuang untuk mengatasi meningkatnya jumlah kasus kanker, terutama di kota-kota yang menjadi sasaran tembakan pasukan AS dan Inggris.
Menteri Hak Asasi Manusia Irak mengharapkan mereka akan mengajukan gugatan terhadap Inggris dan Amerika Serikat atas penggunaan bom depleted uranium di Irak.
Pemerintah Irak akan mencari kompensasi bagi para korban senjata ini. (fq/prtv)
Source : eramuslim