Release resmi hasil pertemuan Menlu AS Hillary Clinton dan Menlu RI Marty Natalegawa beserta delegasi masing-masing dalam rangka Kerjasama Komprehensif Indonesia-AS di Washington, dikeluarkan 17 September lalu. Didalam release juga dijelaskan Rencana Aksi sebagai panduan implementasi Kerjasama Konprehensif.
Di bawah ini catatan penting tentang substansi kerjasama yang bersifat strategis antara AS-Indonesia itu :
1. Langkah ini adalah formalisasi dan pemberian kerangka bagi kerjasama yang sudah dibicarakan sebelumnya bahkan pada beberapa area sudah sampai pada tataran teknis, misalnya dalam masalah peningkatan perdagangan, investasi, pertahanan dan keamanan, kesehatan dan sains. Menlu Marty Natalegawa pada Jumat 19/3/2010 mengomentari penundaan kunjungan Obama menyatakan, ”Penundaan tidak mengganggu semua persiapan yang sudah dilakukan. Semua persiapan substansi sudah matang, antara lain "Comprehensive Partnership Agreement", perjanjian di bidang investasi, perjanjian tentang kerja sama teknologi, dan lain-lain', dari sisi substansi sudah siap semua”.
Dalam bidang kesehatan menurut Staf Ahli Menteri Kesehatan Makarim Wibisono, kemitraan strategis yang rencananya akan ditandatangani saat kunjungan Presiden AS Barack Obama ke Indonesia, juga mencakup bidang kesehatan, yakni bidang penelitian biomedis dan health science, termasuk virus. Ia menyatakan : "Tapi kita menyelesaikan pekerjaan kerjasama di public health research itu enggak harus sebelum kedatangan Obama selesai kan. Kita harus bekerja dengan benar, leluasa, mencari formula yang sifatnya win-win”. Sementara di sisi ain, pertemuan-pertemuan bagian dari persiapan Kerjasama Komprehensif di masing-masing bidang juga sudah terjadi, diantaranya tercantum dalam release yang dikeluarkan kedubes AS 28 Juni .
2. Persiapan ke arah Kemitraan Komprehensif ini sudah direncanakan sejak lama bahkan terlihat pemilihan para menteri di kabinet sekarang dan pejabat lainnya yaitu dipilihnya orang-orang yang dekat dan disukai “Amerika” misal, Purnomo jadi Menhan, Endang jadi menkes, Mari Elka tetap jadi Mendag, SMI jadi menkeu meski ditengah jalan terpaksa diganti Agus Martowardoyo, Marty yang sebelumnya banyak berkiprah di PBB dan AS jadi Menlu, lalu Dino Pati Djalal jadi dubes berkuasa penuh untuk AS.
3. Hal diatas sudah dinyatakan oleh Thomas B. Pepinsky, asisten profesor pemerintahan di Cornell University, yang menulis di Asia Pacific Bulletin nomor 42, 17 Agustus 2009: “Sebagai persiapan SBY untuk periode keduanya, AS dan Indonesia merencanakan “Kemitraan Komprehensif” yang baru untuk memperkuat hubungan bilateral. Pada saat yang sama Indonesia menghadapi sejumlah tantangan –termasuk tantangan akut krisis ekonomi gobal, tantangan kronis mengatur negeri sedang berkembang yang besar dan beragam, dan ancaman terorisme yang diperbarui- akan menguji pemerintahan SBY. Respon SBY terhadap tantangan itu akan membentuk jalan hubungan bilateral Indonesia-AS ke depan.
Semua sinyal mengindikasikan bahwa platform SBY untuk melanjutkan pembangunan ekonomi, reformasi dan keamanan dalam negeri hanya tepat untuk menempa kemitraan baru Indoneisa dengan AS.” Ia juga menyatakan bahwa pemilihan wares Boediono, dan mendag Mari Elka Pangestu dan Menkeu SMI, lebih untuk menguatkan pendekatan pasar dalam mengatur ekonomi. Menurutnya, kebijakan yang difokuskan pada pasar dan berorientasi keluar akan menjadi pusat bagian terpenting dalam hubungan ekonomi Indonesia dengan AS.
Menurutnya, perhatian pada keamanan juga akan menjadi pembentuk hubungan Indonesia-AS. Ia menyimpulkan bahwa kebijakan SBY pada periode kedua hanya akan mengalami perubahan kecil dibanding periode pertama. Indonesia akan tetap melanjutkan model pembangunan berorientasi keluar –sesuai dengan kondisi unik Indonesia- dan pemerintahan SBY akan terus memprioritaskan stabilitas dan keamanan dalam negeri seraya melanjutkan beberapa agenda penting reformasi pemerintahan. Ini adalah prioritas yang di 'share' oleh pemerintahan Obama untuk Indonesia.
Disamping semua kebijakan itu, koneksi personal Obama dengan Indonesia, terpilihnya SBY dengan wapres Boediono, pemilihan pejabat kabinet SBY, dsb akan berpengaruh dalam membentuk hubungan Indonesia-AS. Dengan semua alasan itu menurutnya pemerintahan Obama harus memandang periode kedua SBY sebagai hasil pemilu terbaik untuk membangun kemitraan AS dengan Indonesia. Ia mengakhiri tulisannya “ SBY dan tim barunya adalah mitra ideal bagi kemitraan komprehensif baru pemerintahan Obama dengan Indonesia”. (sumber: EastWestCenter.org/apb)
4. Penandatanganan Kemitraan Komprehensif ini adalah pelembagaan dari komitmen SBY –'SBY adalah yang pertama kali menyerukan kemitraan strategis Indonesia'-'AS pada November 2008 dan belakangan diubah menjadi Kemitraan Komprehensif'– dan Obama - 'Obama menyambut seruan SBY dan langsung menindaklanjuti dengan mengutus Hillary Clinton pada Februari 2010. Hillary segera setelah pelantikan Obama menyatakan bahwa pemerintahan Obama berkomitmen untuk bekerja ke arah kemitraan semacam itu dipandu oleh agenda yang konkret'– untuk menguatkan dan memperdalam kerjasama RI-AS bersifat jangka panjang dan menjadikan persahabatan RI-AS sebagai persahabatan abadi.
Bisa dikatakan kesepakatan ini mengabadikan hubungan RI-AS. Dengan kata lain melanggengkan kontrol dan hegemoni AS atas Indonesia. Siapapun presiden RI pasca SBY, maka harus menjalankan kesepakatan ini dan tidak boleh keluar dari koridornya. Ini menjadi sinyal bahwa presiden pasca SBY haruslah orang yang menerima dan mendukung sepenuhnya kesepakatan ini. Jika tidak maka akan “dihabisi” oleh AS dan orang-orangnya di Indonesia.
5. Komisi Bersama ini yang diketuai Menlu AS dan Menlu RI merupakan komponen kunci dari implementasi Kemitraan Komrehensif. Artinya semua implementasi Kemitraan Konprehensif ini dibawah kendali kementerian luar negeri. Ini juga sejalan dengan laporan tahunan kementerian luar negeri dimana banyak dialog, seminar dan sebagainya seperti seminar yang dilakukan oleh ICIS, dialog toleransi, dialog antar agama, dsb, semuanya adalah proyek kementerian luar negeri.
6. Kemitraan Komprehensif ini adalah bentuk nyata penggunaan soft power pemerintahan Obama. Tentu tujuannya adalah memperdalam pengaruh dan kontrol AS atas negara yang dijadikan sasaran soft power itu dalam hal ini adalah Indonesia. Kalau pada dua kali masa jabatan Bush, pendekatan hard power lebih mengemuka dan menghasilkan resistensi luar biasa dari dunia khususnya negeri muslim, maka beda halnya dengan soft power ini relatif tidak mendapatkan resistensi dari dunia bahkan disambut dengan tangan dan hati terbuka dan dianggap sebagai kebaikan AS –'kecuali oleh pihak-pihak yang ideologis di dunia Islam' .
Begitu pula yang terjadi dengan Kerjasama Komprehensif ini. Banyak pihak di negeri ini tidak menganggapnya sebagai intervensi dan kontrol AS atas Indonesia. Justru mereka anggap sebagai kebaikan AS kepada Indonesia. Mereka juga menggangap Kemitraan Komprehensif seperti ini sudah berada pada arah yang benar.
7. Hegemoni AS atas suatu negeri akan berjalan berdasarkan sistem yang dirancang –didektekan- oleh AS. Namun implementasinya tetap dijalankan oleh orang-orang AS di negeri sasaran yang menjadi antek mereka baik sadar maupun tidak. Pada era Bush masalah regenerasi orang ini tidak mendapat perhatian berarti. Maka Kerjasama Komprehensif ini terutama bidang pendidikan, dan pengembangan kapasitas SDM, bisa juga diartikan untuk menjamin terbentuknya generasi baru penerus agen-agen AS yang sudah ada.
8. Secara umum dan keseluruhan, Kemitraan Komprehensif ini akan memperdalam dan melanggengkan intervensi, pengaruh dan hegemoni AS atas Indonesia. Semua itu dengan kemitraan ini akan menjadi lebih komprehensif, melihat cakupan kemitraan yang yang begitu luas dan adanya kesiapan untuk memperluasnya ke sektor-sektor dan area kegiatan lainnya.
9. Umat perlu sadar, eksistensi hegemoni AS atas negeri-negeri Islam (Indonesia khususnya) bisa berjalan nyaris tanpa hambatan karena kontribusi dan sikap hipokrit dari para penguasanya. Dan AS memberikan reward (hadiah) dengan dukungan penuh untuk mendudukkan para “komprador” ini di berbagai posisi strategis kekuasaan negeri Islam.
10. Sesungguhnya Indonesia merdeka secara fisik, tapi masih dalam ketiak penjajahan bangsa Barat (AS dan sekutunya) dalam berbagai aspek (Ekonomi, Politik keamanan, Sosial budaya, dan hukum). Dalam konteks inilah, umat perlu “melek” dan menyuarakan kemerdekaan yang hakiki untuk Indonesia.
Membebaskan dari imperialisme Barat (AS cs), dan di kembalikan kepada kehidupan dengan sistem yang sesuai fitrah, memuaskan akal, dan bisa melahirkan ketentraman batin (kalbu) dan itu tidak lain adalah Islam. Sistem yang sohih, media mencapai sa’adah (kebahagiaan) dan kamal (kesempurnaan) hidup di dunia dan akhirat. (Haris Abu Ulya/DPP HTI)
Source : eramuslim