Hipotesa yang menyatakan bahwa pada tahun 2050 nanti Prancis dan negara-negara benua Eropa lainnya akan menjadi negara berpenduduk mayoritas Muslim rupanya bukan sekedar isapan jempol. Kemeriahan Ramadhan di Prancis, misalnya, sejak beberapa tahun terakhir ini, tampak mulai menyaingi dan menyalip kemeriahan Natal, utamanya dalam bursa buku dan budaya.
Beberapa hari sebelum Ramadhan menjelang, juga beberapa hari setelahnya, beberapa toko buku di seantero Prancis banyak diserbu oleh pengunjung. Salah satu toko buku dan penerbit terkenal di Prancis, El Buraq, misalnya, sejak tanggal 1 Agustus hingga 10 September lalu, mencatat jika buku-buku yang menjadi best-seller adalah buku-buku keislaman.
Majalah Prancis Jon Afrique melansir, buku hadits-hadits Nabi menduduki peringkat ke-4 dari daftar buku-buku best-seller di Prancis sepanjang masa tersebut, dan berhasil terjual sebanyak 50 ribu eksemplar, disusul oleh buku "Dapur Maroko" yang menduduki peringkat keenam dan terjual sebanyak 30 ribu eksemplar.
Buku-buku bertema shalat, puasa, dan haji juga termasuk ke dalam daftar buku-buku best-seller di Prancis.
Seorang warga Prancis keturunan Lebanon Wisam Manshour, yang mengelola salah satu penerbitan dan toko buku di Prancis, mengatakan bahwa Hari Raya Natal adalah momen yang sangat penting bagi dunia penerbitan di Prancis, maka bulan Ramadhan juga kini menjadi momen yang sama.
"Ramadhan menjadi momen sangat penting bagi pasar buku-buku keislaman," kata Manshour.
Tak hanya itu saja, lanjut Manshour, Ramadhan juga rupanya telah menjadi momen ekonomi yang sangat penting bagi masyarakat Prancis. (ags/shorouk)
Source : eramuslim