Kurang dari 100 meter dari lokasi tempat pesawat terbang yang konon dibajak menabrak Pentagon, personil militer Muslim AS membawa sajadah mereka di sore hari kerja untuk melakukan shalat Ashar.
Sedangkan pada hari Jumat, seorang imam setempat melakukan layanan shalat jumat di Pentagon Memorial Chapel yang dibangun setelah serangan teror September 11, 2001, yang menewaskan 184 orang di markas militer AS.
Kapel, dengan jendela kaca berwarna, dan beralaskan karpet merah anggur , menyediakan tempat berdoa dan observasi agama bagi siapa saja apapun agama atau budaya.
Suasana tenang bersahabat dan budaya nondenominasional terjadi, kontras dengan perdebatan emosional terkait rencana untuk membangun sebuah pusat budaya Islam dan masjid yang berada dua blok dari ground zero di New York City.
Untuk para 'da'i' yang bekerja di kapel Angkatan Darat di seluruh dunia, toleransi dan keterbukaan merupakan dukungan dan persahabatan budaya militer.
"Apa yang terjadi di sini adalah normal," kata Pendakwa (Letnan Kolonel) Carleton W. Birch, jurubicara pendakwa Angkatan Darat AS.
Kapel Pentagon dibuka pada bulan November 2002 lalu sebagai bagian dari rekonstruksi kompleks tersebut dari kerusakan yang disebabkan oleh serangan 9 / 11.
Di belakang altar, layar kaca berwarna besar menggambarkan Pentagon, elang dan bendera Amerika, dengan dua baris dari 184 keping gelas berwarna ruby-merah mewakili korban tewas ketika konon American Airlines Flight 77 menabrak gedung.
"United in Memory, September 11, 2001," tertulis di altar kapel.
Kapel berisi 80 kursi dan telah dijadwalkan secara rutin untuk pelayanan keagamaan di hari kerja, termasuk pengakuan dan misa Katolik, layanan Yahudi dan studi Torah, layanan Hindu, layanan Mormon dan layanan untuk denominasi Kristen lainnya, bersama dengan layanan shalat umat Muslim.
Rata-rata, 300-400 orang mengunjungi kapel setiap minggu, baik untuk mengambil bagian dalam pelayanan secara kelompok atau sendiri. Pejabat Angkatan Darat yang diwawancarai Rabu kemarin (18/8) mengatakan mereka tidak menyadari apakah ada yang pernah protes terhadap umat Muslim yang menggunakan kapel.
"Saya tidak pernah punya pertanyaan tentang hal itu selama empat tahun plus bekerja di Pentagon, kata juru bicara Angkatan Darat George Wright.
Budaya Angkatan Darat dari kebebasan beragama telah kembali ke Perang Revolusi, kata Wright, sembari menggambarkannya sebagai "sebuah tenda besar."
"Kami sangat toleran di sini tentang satu sama lain dan iman kami," katanya. "Kami tidak melacak orang-orang yang masuk kesini." (fq/cnn)
Source : eramuslim
No comments:
Post a Comment