Sebuah kelompok pro-Palestina Amerika dilaporkan telah memulai kampanye kemanusiaan untuk berlayar dengan sebuah kapal bantuan ke Jalur Gaza yang diblokade Israel.
"US Boat to Gaza" (Kapal AS ke Gaza) telah mulai menarik dana untuk pembelian kapal, lapor surat kabar Israel The Jerusalem Post pada hari Senin kemarin (26/7).
Kapal - yang bisa membawa 40-60 awak kapal - diharapkan untuk berangkat pada musim gugur depan dengan tujuan akhir menantang pengepungan Israel selama empat-tahun lamanya di Jalur Gaza.
"....bersama-sama kita akan memberikan kontribusi pada upaya besar untuk mengakhiri blokade Gaza dan pendudukan ilegal Israel terhadap Palestina", kata pihak panitia di situs mereka.
Kapal dilaporkan diberi nama "The Audacity of Hope," identik dengan buku populer karangan Presiden Barack Obama.
Direktur dari Institut Timur Tengah di Columbia University's School of International dan Public Affairs, Profesor Rashid Khalidi, dilaporkan berupaya mengadvokasi kelompok ini.
"Jika nama kapal menjadi masalah bagi pemerintah, hal itu hanya akan memaksa publik bahwa Israel harus mengangkat pengepungan: selesai masalah," ujar Khalidi.
"Itu tentu saja akan diperlukan untuk menanggapi dusta sistimatis terhadap mereka di Kongres dan di tempat lain yang mendukung pengepungan, dan apalagi kalau bukan para pendukung Israel."
Persiapan untuk berlayarnya kapal bantuan AS ini sedang berlangsung di tengah kecaman internasional terhadap pasukan komando Israel pada serangan 31 Mei lalu terhadap misi bantuan armada Kebebasan. Serangan di perairan internasional itumenewaskan sembilan aktivis Turki.
Pelayaran kapal bantuan AS ini juga didukung oleh Cindy dan Craig Corrie, orang tua dari aktivis perdamaian terkenal AS, Rachel Corrie, yang dilindas sampai mati oleh buldoser tentara Israel pada tahun 2003 ketika dia sedang berusaha untuk mencegah penghancuran sebuah rumah warga Palestina.
Pasukan Israel menangkap sebuah kapal bantuan dengan nama yang sama bulan lalu (Rachel Corrie) ketika kapal itu berada dalam misi untuk mematahkan blokade.
"Mengingat hirarki nasional-religius yang menentukan IDF dapat dilakukan untuk siapa saja, namun faktanya bahwa kapal ini adalah kapal Amerika yang akan membuat lebih sulit Israel untuk menghadapinya tidak seperti kapal Marmara Mavi," tegas Khalidi, mengacu kepada armada kapal Turki di mana pertumpahan darah pada bulan Mei lalu terjadi.
Pembatasan yang diberlakukan Israel telah menyebabkan 1,5 juta penduduk Palestina di pesisir Gaza harus menderita kekurangan makanan, bahan bakar dan kebutuhan lainnya.(fq/prtv)
Source : eramuslim
No comments:
Post a Comment